Cara Menghitung Cairan Infus, Penting Disimak!

Sudahkah Anda mengetahui bagaimana cara menghitung cairan infus? Yuk pelajari cara perhitungannya supaya langkah penyembuhan bisa berjalan secara lebih efektif. Selengkapnya dalam artikel berikut ini!

Apa Itu Infus

Dalam suatu kondisi tertentu yang berhubungan dengan gangguan kesehatan, acap kali dokter akan melakukan prosedur infus ke dalam tubuh kita. Infus adalah adalah metode pemberian cairan dan obat yang langsung disuntikkan melalui pembuluh darah. 

Cairan yang diberikan melalui infus memiliki fungsi sebagai cairan pemeliharaan ataupun cairan resusitasi. Pemberian infus ini umumnya dilakukan saat pasien menjalani perawatan di rumah sakit.

Baca juga, Macam-macam Fungsi Cairan Infus Vitamin untuk Tubuh

Cara Menghitung Tetes Cairan Infus

Di sisi lain, jumlah tetesan cairan infus bisa kita ketahui dengan cara menghitungnya. Tentu saja upaya untuk menghitung cairan tersebut cukup penting untuk kita lakukan, baik saat menjadi pasien atau ketika kita sedang merawat kerabat atau keluarga.

Pasalnya, Memahami cara menghitung tetesan infus yang dibutuhkan pasien juga sama pentingnya dengan pemahaman terhadap jenis dan dosis obat yang harus diberikan untuk pemulihan yang cepat.

Lantas bagaimana cara menghitung cairan infus yang benar? Berikut ini penjabaran selengkapnya!

Metode Faktor Tetes

Pertama-tama Anda perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai metode pemberian cairan infus atau dikenal dengan faktor tetes. 

Faktor tetes adalah salah satu elemen penting dalam menghitung tetesan infus yang perlu diketahui oleh tenaga medis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perawat dapat memilih antara menggunakan set makro atau mikro.

Setidaknya ada dua metode yang digunakan dalam pemberian cairan infus, meliputi:

  • Set Makro, Dalam tahap memasang infus, perawat menggunakan lubang tetesan infus dengan diameter lebih besar agar setiap 1 mL cairan infus dapat diberikan dengan baik. Hal ini menghasilkan jumlah tetes yang keluar lebih sedikit, sekitar 10-20 tetes.
  • Set Mikro, Dalam proses pemberian 1 ml cairan infus, lubang tetesan infus dibuka dengan sedikit perlahan. Hal ini menghasilkan jumlah tetesan yang keluar lebih banyak, sekitar 45-60 tetes.

Sementara itu, pemilihan antara set makro atau mikro akan bergantung pada preferensi dan kebutuhan sesuai dengan instruksi dari dokter. Namun demikian, standar yang umumnya digunakan tergantung pada jenis cairan yang harus dimasukkan ke dalam tubuh Anda.  

Apabila cairan tersebut berupa larutan bening dan encer, perawat mungkin akan memasang infus dengan menggunakan set makro yang menghasilkan jumlah tetesan sebanyak 20 tetes per 1 mL. 

Di sisi lain, apabila cairan infus lebih kental seperti darah, Anda kemungkinan akan mendapatkan set mikro yang menghasilkan jumlah tetesan sebanyak 15 tetes per 1 mL.

Cara Menghitung Tetes Cairan Infus

Setelah mengetahui metode faktor tetes, berikut ini adalah pembahasan seputar cara menghitung cairan infus. 

Untuk pemberian tetesan infus melalui mesin otomatis, perawat hanya perlu memasukkan jumlah cairan yang harus masuk ke dalam tubuh Anda serta waktu yang diperlukan untuk proses tersebut.  

Namun, jika menggunakan secara manual, perhitungan tetesan infus dilakukan dengan menggunakan jumlah tetesan per menit (TPM).

Ada pun rumus perhitungannya antara lain sebagai berikut:

  TPM = (faktor tetes x volume cairan)(60 x lama pemberian dalam jam)

Contoh kasusnya seperti ini, 

Dokter telah memberikan 500 mL cairan infus dalam waktu 8 jam, dengan faktor tetes yang ditetapkan sebesar 20. 

Cara menghitung tetesan infus yang harus diberikan kepada pasien:  

 TPM = (500 x 20)(60 x 8)

= 20,83

Artinya, Anda akan menerima sekitar 20-21 tetes cairan infus dalam waktu 1 menit sebelum kantung infus habis dan diganti dengan yang baru.

Baca juga, Cara Mengatasi Tangan Bengkak Karena Bekas Infus

Jenis-jenis Cairan Infus

Nah setelah mengetahui bagaimana cara menghitung tetes cairan infus, ada baiknya juga bagi Anda untuk mengetahui jenis-jenis cairan infus. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.

1. Cairan Hipotonik

Cairan hipotonik memiliki tingkat kepekatan atau osmolaritas yang lebih rendah dibandingkan dengan serum. Maka ion Na+ dapat larut dalam serum. Cairan tersebut diberikan melalui pembuluh darah dan didistribusikan ke jaringan di sekitarnya.  

Contoh dari cairan hipotonik seperti NaCl 45% dan dekstrosa 2,5%. Cairan ini dapat diberikan kepada pasien yang mengalami diabetes, dehidrasi, dan menjalani cuci darah.

2. Cairan Isotonik

Cairan isotonik memiliki osmolaritas yang mendekati serum darah, sehingga memungkinkan cairan tersebut tetap berada di dalam pembuluh darah. Dua contoh cairan isotonik adalah Ring-laktat (RL) dan NaCl 0,9%.  

Namun, perlu diingat bahwa cairan isotonik dapat memiliki risiko yang berbahaya bagi pasien dengan penyakit gagal jantung atau hipertensi, karena dapat menyebabkan kelebihan cairan dalam tubuh. 

Cairan ini umumnya digunakan pada pasien yang mengalami gejala hipovolemia, di mana terjadi penurunan drastis jumlah darah dan cairan dalam tubuh.

3. Cairan Hipertonik

Jenis yang terakhir ialah cairan hipertonik. Cairan ini memiliki osmolaritas lebih tinggi daripada serum, sehingga cairan tersebut mengalir dari sel atau jaringan ke dalam pembuluh darah. 

Contoh cairan hipertonik meliputi dekstrosa 5%, NaCl 45%, albumin, dan lain-lain. Cairan hipertonik memiliki manfaat untuk mengurangi pembengkakan edema, mengontrol tekanan darah, serta mengatur produksi urine.

Itulah informasi seputar cara menghitung tetes cairan infus yang bisa Anda ketahui dan pelajari. Sehingga proses penyembuhan pada pasien bisa dilakukan dengan lebih efektif. Semoga informasi ini bisa bermanfaat.

Sources:

Leave a comment

Your email address will not be published.