Mengenal Lebih Dekat Communicable Disease

source from nmamilife.com

Dari sekian banyak penyakit tersebar di seluruh dunia, baik ringan sampai yang sangat mematikan, menurut daya penularannya penyakit-penyakit ini terbagi menjadi dua saja. Penyakit yang dapat menular (communicable disease) dan penyakit yang tidak dapat ditularkan (non-communicable disease). Dapat disebutkan kalau kata ‘penyakit’ sendiri mengalami perluasan makna dalam kamus medis. Dahulu, segala hal yang menyebabkan gangguan kesehatan akibat ulah mikroba (virus, bakteri, protozoa, dan jamur) pathogenlah yang disebut penyakit. Seperti kita tahu karena si pengulah ini adalah makhluk hidup (kecuali virus. Saya memperdebatkan apakah benda ini hidup apa tidak), otomatis mereka akan bereproduksi. Cara mereka bereproduksi yang mengganggu kesehatan kita itulah alasan mikroba ini dipanggil pathogen. Tubuh kita dijadikan inang yang mewadahi mikroba memperbanyak diri. Setelah mengalami peningkatan jumlah, mikroba pathogen akan ‘loncat’ ke inang yang lain. Ibarat kata sebuah pohon yang buahnya dibawa oleh bermacam-macam hewan, kemudian bijinya tersebar ke segala arah dengan tujuan tumbuh pohon-pohon baru di segala lokasi. Demikian juga mikroba pathogen yang menduduki inang-inang yang lain setelah memanfaatkan tubuh kita. Itulah mekanisme penularan dari communicable disease.

Baca Juga Bedanya Communicable Disease dengan Non Commonicable Disease

Secara harafiah, seseorang yang tubuhnya telah menjadi sarang mikroba pathogen adalah agen penularan. Ia akan membuat orang lain tertular mikroba yang dibawanya dengan beberapa cara. Cara penularan langsung dilakukan melalui kontak cairan tubuh. Bagian tubuh yang paling infeksius dari seorang agen penularan umumnya adalah cairan tubuh seperti darah atau saliva. Berhubung saat ini kita sedang dalam masa pandemi, setiap kita menjadi sangat dekat dengan agen penularan. Covid-19 adalah contoh communicable disease yang disebabkan oleh virus. Virus SARS-CoV-2 memanfaatkan air liur sebagai media penularan. Ini sudah dibahas pada artikel sebelumnya. Contoh communicable disease yang tidak kalah terkenalnya yang sama-sama memanfaatkan air liur yang dapat diterbangkan ke udara dalam rupa droplet sebagai media penularan adalah influenza dan TBC. Cairan tubuh lainnya yang paling sering dimanfaatkan mikroba pathogen tak lain tak bukan adalah darah. Bagi mikroba pathogen, darah bagaikan oase di tengah padang gurun. Darah kaya akan nutrisi dan bagi mikroba pathogen sangat menguntungkan karena darah mengalir ke seluruh bagian tubuh. Beberapa communicable disease yang media penularannya darah, yaitu hepatitis, HIV, dan ebola. Jenis cairan tubuh lain yang ditumpangi mikroba pathogen sebagai penularan adalah cairan yang keluar dari alat kelamin (air mani dan cairan dari vagina). Kalau communicable disease yang ini kemungkinan transmisinya hanya tiga; lewat hubungan seksual, penggunaan jarum suntik tidak steril, atau penularan vertikal dari ibu ke anak. Berikutnya, ada juga mikroba pathogen unik yang menggunakan manusia sebagai agen penularan sekunder. Agen primernya adalah makhluk hidup lain yang lazimnya serangga (tapi bisa juga mamalia). Misalkan saja demam berdarah dimana protozoa Plasmodium menumpang pada nyamuk baru setelahnya menginfeksi manusia. Selain media-media tersebut ada juga penularan tidak langsung seperti lewat air atau makanan yang terkontaminasi yang menyebabkan diare akibat bakteri pathogen.

Metode penyembuhan dari communicable disease yang utama melalui mengonsumsi obat-obatan. Biasanya dokter akan menyarankan konsumsi obat-obatan diseimbangkan dengan makanan bergizi dan suplementasi. Sasaran obat ialah mematikan mikroba pathogen tersebut, sementara makanan bergizi dan suplementasi untuk menguatkan daya tahan tubuh. Dengan begitu, kita tidak hanya mengandalkan obat-obatan melainkan antibodi untuk memerangi mikroba pathogen. Apalagi untuk beberapa communicable disease sama sekali belum ada obatnya. Misalkan saja HIV, terapi obat-obatan yang tersedia hanya mengendalikan populasi virus dan bukan menyingkirkannya dari tubuh. Nah, untuk pencegahan agar tidak tertular communicable disease ialah waspada terhadap segala media penularannya. Jangan pernah menggunakan jarum suntik bekas. Kritis saat mau melakukan transfusi darah. Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderitanya. Berdiri menjaga jarak dengan penderita yang sedang terbatuk-batuk atau bersin tanpa menggunakan masker. Rajin membersihkan rumah agar tidak menjadi sarang nyamuk. Pokoknya, mulailah berjaga-jaga terhadap rupa-rupa metode penularan communicable disease.

Apabila Sobat Salam ingin bisa bertanya seputar kesehatan, bisa melalui layanan konsultasi kesehatan kami.

sumber: alodokter.com || ncbi.nlm.nih.gov || healthline.com || acphd.org || haemovigilanceindo.com || cdc.gov

Leave a comment

Your email address will not be published.