Isolasi Mandiri? Siapa Takut!

Photo by cmcpedia.com

Bagaimana perasaanmu waktu nakes tiba-tiba menyiarkan kabar kamu positif padahal tidak bergejala? Panik pastinya! Di dalam hati pasti timbul keraguan apakah Saya benar-benar positif? Atau Saya ketularan dari siapa? Pergumulan besar terakhir adalah setelahnya Saya harus bagaimana?

Istilah isolasi mandiri sudah familiar di telinga kita sejak Covid-19 melanda Indonesia dan WHO mengungumkan Covid-19 sebagai pandemi di bulan Maret 2020. Saat itu, isolasi mandiri masih menjadi momok bagi sebagian banyak orang. Peristiwa seperti pengusiran semena-mena dengan kekerasan terjadi dikarenakan warga yang tinggal di lingkungan sekitar pun merasa tidak aman. Apakah hal tersebut masih terjadi sampai hari ini? Lalu bagaimana respon kita?

Ketua satgas siaga Covid-19, dr. Alex Ginting menyampaikan tanggapannya lewat media Kompas bahwa pokok permasalahannya adalah komunikasi yang tidak baik antar warga. Sebagai pasien Covid-19 yang baru menyanding status positif, kita harus tahu mekanisme isolasi mandiri yang tepat. Dengan begitu, insiden seperti yang telah terjadi bisa terhindarkan.

Begitu mendapat surat pernyataan kalian positif Covid-19, tenangkan diri terlebih dahulu. Berikutnya, segera laporkan ke ketua RT dan RW setempat. Pendampingan isolasi mandiri di lingkungan rumah akan dikoordinasi oleh mereka. Pantau kondisi kesehatan sendiri. Apabila gejala-gejala spesifik Covid-19 seperti di antaranya suhu tubuh meningkat melebihi 37.5°C, sakit atau perasaan tidak nyaman di tenggorokan, sakit kepala berkepanjangan, batuk, hilang indera penciuman atau perasa, segera laporkan ke Puskesmas terdekat. Perkembangan atau perbaikan kondisi kesehatan kita berada pada pantauan Puskesmas hingga 10 hari masa isolasi mandiri, ditambah 3 hari bila tanpa gejala.

Poin terpenting dari isolasi mandiri adalah keterbukaan, kejujuran, dan ketaatan. Terbuka dan jujur pada Puskesmas dan ketua RT dan RW kalau kalian memang positif. Menutup-nutupi keadaan kesehatan kalian akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Alhasil, selain tidak mendapat pendampingan dan perlindungan selama masa isolasi, tidak terbuka tentang status positif Covid-19 membuat kalian sulit mengakses fasilitas kesehatan, yakni obat-obatan dan vitamin. Bisa jadi kemungkinan kalian sembuh (atau menjadi negatif) semakin lama.

Mengapa durasi isolasi mandiri 10 hari ditambah 3 hari bila tanpa gejala? Tidak diragukan lagi mengurung diri di rumah, sama sekali tidak keluar jelas membosankan. Tapi dengan tidak taat, kamu membahayakan orang lain dengan kondisi tubuhmu. Jangan berpergian sama sekali selama masa isolasi mandiri. Koordinasikan dengan tetangga atau ketua RT RW setempat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Lalu, mengapa harus persis 10 hari? Siklus pertahanan tubuh kita ketika melawan virus terbentuk dalam kurun waktu minimal 10 hari. Tepatnya 10-20 hari antibodi dalam darah telah terbentuk. Antibodi yang dimaksudkan adalah sel T yang berperan membentuk ingatan imunitas terhadap SARS CoV-2. Menurut hasil penelitian, respon tubuh setelah lewat masa inkubasi 10 hari tersebut adalah reaksi serokonversi. Arti dari serokonversi adalah transformasi efisiensi daya antibodi melakukan pertarungan menghancurkan virus SARS CoV-2 yang semula sama dengan nol menjadi mendekati 100%. Pengujian efisiensi ini dibuktikan dengan tes rapid antigen atau pun PCR yang awalnya positif kemudian menjadi negatif. Sederhananya, ketika antibodi sel T sudah mendapatkan ‘memori’ tentang SARS CoV-2, bila dikemudian hari terjadi infeksi kembali, sel T bisa langsung mengerahkan prajurit imun yang lain untuk cepat-cepat membasmi virus SARS CoV-2.

Bagaimana kalau sudah lewat 10 hari namun masih positif? Serokonversi tetap sudah terbentuk. Namun bisa saja masih tertinggal virus hidup yang masih diperjuangkan antibodi kalian untuk dibasmi. Atau kemungkinan lainnya adalah masih ada ‘bangkai’ virus yang masih terbaca oleh alat PCR. Biar begitu, kamu sebenarnya sudah tidak menularkan orang lain lagi kok!

Yuk awasi isoman Sobat Salam dengan Layanan Corona Care Salam Homecare! 

Pesan Sekarang!

Sumber : who.int || suara.com || elifescience.org

Leave a comment

Your email address will not be published.