7 Berita Hoaks Covid-19 yang Sampai Kini Masih Dipercaya

photo by Kominfo Bengkulu Kota

Di tengah pagebluk yang tengah berlangsung hampir dua tahun ini, banyak isu simpang siur beredar di masyarakat. Sebelum dipastikan kebenarannya, isu tersebut semakin luas tersebar baik melalui riil (lisan) atau pun melalui dunia maya (media sosial). Dampaknya, masyarakat menjadi salah kaprah menyikapi pagebluk Covid-19.

Sebagai warga yang kritis, kita sepantasnya bisa membedakan dan menyaring mana isu yang benar dan mana yang hoaks. Apalagi mengingat pagebluk tidak bertambah baik, ditunjukkan dengan  kasus positif yang terus meningkat. Kemampuan untuk menyaring informasi bukan hanya untuk diri sendiri melainkan orang-orang di sekitar kita. Kita bisa meluruskan pemahaman yang keliru di masyarakat dengan mengetahui kebenarannya.

Berikut 7 berita hoaks tentang Covid-19 yang masih diyakini oleh masyarakat Indonesia :

1. Mengonsumsi antibiotik dapat membunuh virus

Hal ini sungguh tidak benar. Antibiotik digunakan untuk membunuh bakteri, bukan virus. Yang dapat membunuh virus adalah antivirus. Malahan, dengan mengonsumsi antibiotik padahal kita tidak sedang sakit yang disebabkan oleh bakteri, resistensi antibiotik dapat terjadi. Bila suatu hari nanti bakteri menyebabkan kalian sakit, antibiotik tidak akan bisa lagi membunuhnya.

2. Hanya orang dewasa yang dapat terinfeksi

Ini pemahaman yang sangat berbahaya. Virus tidak pernah pilih kasih dalam menginfeksi inangnya. Yang benar, kemungkinan anak-anak terinfeksi lebih rendah dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan reseptor ACE-2, konektor antara SARS CoV-2 dengan sel manusia, lebih sedikit pada anak-anak. Jadi, memang risiko terinfeksi lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa.

3. Menyemprotkan alkohol atau klorin ke badan dapat membunuh virus

Yang direkomendasikan untuk disemprotkan dengan klorin adalah permukaan benda. Apabila klorin mengenai anggota tubuh kita, yang terjadi adalah iritasi pada kulit. Alkohol 70% aman untuk kulit. Namun, penggunaan jangka panjang juga akan menimbulkan iritasi dan penipisan lapisan kulit. Meski demikian, alkohol tidak cukup efisien dalam membunuh virus dibandingkan sabun.

4. Pasien Covid-19 tidak dapat tertular kembali karena sudah memiliki imunitas

Imunitas benar sudah terbentuk ketika tubuh sekali terinfeksi. Biar begitu, kekebalan tersebut kadarnya akan menurun setelah 2-3 bulan. Jadi, risiko terinfeksi kembali meningkat setelah masa tersebut.

5. Vaksin Covid-19 mengandung cip mikro magnetis

Banyak warga Indonesia sungkan menerima vaksin akibat isu hoaks ini. Isu ini dihebohkan melalui video viral tentang magnet yang menempel di anggota tubuh yang telah disuntikkan vaksin. Hal ini tidak benar. Komposisi vaksin adalah protein antigen SARS CoV-2 dan bahan kimia lain yang telah diuji coba keamanannya untuk tubuh. Tidak ada cip mikro atau bahan logam lainnya.

6. Bawang putih dapat mencegah dan mengobati infeksi Covid-19

Senyawa bioaktif pada bawang putih bagi manusia bermanfaat sebagai antimikroba dan anti radikal bebas. Dengan demikian, mengonsumsi bawang putih sangat bagus untuk daya tahan tubuh. Walaupun begitu, belum ada bukti ilmiah yang membuktikan secara spesifik bahwa konsumsi bawang putih dapat melindungi atau pun menyembuhkan seseorang dari infeksi SARS CoV-2.

7. Menggunakan banyak lapisan masker absolut melindungi

Sesuai anjuran Kemenkes bahwa kita diharuskan menggenakan masker demi mencegah penularan Covid-19 yang melayang di udara menumpang pada droplet dan aerosol. Penggunaan masker tunggal yang aman adalah masker bedah, KN95, atau pun N95. Masker kain tidak efektif bila digunakan tanpa lapisan tambahan ketiga jenis masker yang telah disebutkan sebelumnya. Faktanya, selain masker kain, satu lapis masker saja sudah melindungi kita dari droplet dan aerosol. Menggenakan masker berlapis-lapis hanya membuat kita kesulitan bernafas.

sumber : https://kompas.com/edu || https://nationalgeographic.grid.id || https://galamedia.pikiran-rakyat.com 

Leave a comment

Your email address will not be published.